Rabu, 12 November 2014

Sebuah Catatan di balik film Catatan akhir kuliah part 1

Film dan aku.

Film buat aku adalah sebuah karya yang luar biasa, karena selain hiburan membuat gambaran kisah kisah yang ada di seluruh dunia. Sejak kecil aku sangat suka menonton film, sebelum aku mengenal bioskop.

Aku lahir di sebuh kabupaten kecil dengan nama Negara, tepatnya Hulu sungai selatan di provinsi Kalimantan selatan. Kota kecil yang berada dipedalaman, dari Banjarmasin harus menempuh sekitar 4 jam dengan angkotan yang sangat sederhana.( karena angkotannya mobil carry dengan penumpang yang penuh, dan hanya ada beberapa buah, dan lewat jam 4 sore sudah tidak ada  yang operasi ) . kota negara berada dipesisir sungai negara, Dan di negara ini dulu saat kecil ada bioskop, tapi buat warga setempat yang 99 % islam, bioskop adalah tempat yang haram dikunjungi. Maklum pada saat itu tahun 90 an film indonesia dipenuhi dengan film film mesum dan penuh dengan adegan ranjang, sehingga pada saat itu buat saya yang berusia 10 tahun sangat terlarang dan diharmkan.  Sehingga gedung bioskop yang pernah berjaya tahun 80an itu akhirnya sepi penonton, dan lambat laun sekitar tahun 94 biokop ini tutup dan akhirnya gedungnya rata dengan tanah. Dan aku tidak pernah masuk dan menonton film dibiokop tua sampai dengan gedung rata dengan tanah. Miris.

beruntunglah pada saat itu ada video, dan orang yang cukup kaya dikampung gue memilikinya. setiap ada hajatan orang kawin acara nobar dengan TV 29 Inci ( tabung jadul ) dan pemutar VHS ( sebelum VCD ) perangkat itu disewa. Film yang ditayangkan pun beragam, dari FILM Bang haji Rhoma Irama, Barry Prima, Warkop sampai ffilm Rano karno. Tentunya yang paling favorite adalah Film Warkop DKI, meskipun tidak pantes untuk di tonton usia aku pada saat itu, tapi kami tidak pernah dilarang untuk menonton Warkop.

Setiap minggu di rumah orang yang lumayan kaya dikampungku ini mengadakan nonton dengan hanya membayar Rp.100 untuk 1 film kami bisa menonton film bioskop dengan TV 29 dengan berbagai judul film yang sudah ditentukan empunya rumah. suka suka dia, mau komedi, action, drama, tergantung sedapatnya VHS yang juga sewa di sebuah rental video.

Pada saat itulah aku sangat menyukai nonton film, dan sampai saat ini aku masih sangat menyukainya. setiap aku menonton aku selalu kagum dan bahkan bertanya bagaimana membuatnya. tapi buat teman teman sepermainanku mereka hanya jawab kalau itu film adalah nyata dan bukan bohongan. bahkan buat mereka film bang haji itu benaran nyata begitu adanya, tanpa rekayasa ( naif sekali ). sebenarnya aku tidak terima dengan jawaban mereka, masa ada adegan pukul, tembakan, sampai adegan bang haji kehausan di sebuah padang pasir  ( aku lupa film apa ini, tapi disini si bang haji naik kuda ) itu benaran. tapi percuma debat kusir dengan mereka yang sangat mencintai idolanya tanpa berpikir logika. intinya   tidak ada jawaban yang benar saat aku bertanya bagaimana bikin film kepada orang orang sekampungku, mereka hanya jawab sekenanya karena mereka juga gak tahu.

sejak saat itulah aku sangat suka mencari tahu tentang bagaimana bikin film. tapi karena keterbatasan informasi dan buku buku mengenai film hal itu membuat aku lamban dan bahkan tidak tahu sama sekali
bagaimana bikin film( miris ).

Tapi beruntung pada saat aku sekolah Tingkat atas banyak film indonesia di produksi, salah satunya AADC yang sangat fenomenal. meskipun nonton di VCD bajakan dimana eding film di tulis karena si pembajak kayanya kehabisan kaset rekaman pada saat ngebajak di bioskop. Pada saat itu banyak buku buku film dibuat, dari skenarionya sampai dengan prosesnya. dari sanalah ketertarikanku untuk membuat skenario dengan belajar dari format format buku skenario jadi yang dicetak dari filmnya. 
Sejak lulus di tingkat akhir, aku memutuskan untuk hijrah ke jakarta. hanya dengan bermodal uang 4 juta, mesin TIK merek Brother dan nekat aku memutuskan untuk merantau. tujuanku kuliah di jakarta, dan bisa menjadi seorang penulis skenario film. semua orang kalau mendengar itu pasti ketawa, karena buat mereka itu bukan sebuah cita cita. tapi aku tidak peduli, aku memutuskan untuk kejakarta kalau bisa sekolah dibidang perfilman.

Ternyata hidup di jakarta tidaklah sesuatu yang mudah. selain ini tempat yang asing, aku juga tidak punya sanak keluarga di jakarta. Hanya dengan bantuan paman sahabatku yang menampungku beberapa hari di jakarta, aku mulai mengenal ibu kota yang kata orang lebih kejam dari ibu tiri. karena alasan takut merepotkan akhirnya aku memutuskan untuk pindah mencari tempat kost. Karena lokasi paman sahabatku itu di area condet, akupun mencari kost di area condet tepatnya di jalan ciliwung. karena hanya disana kost dapat murah meskipun hanya berukuran 2 X1,5 meter aku mulai mengadu nasib di jakarta.

Ternayta jakarta tidak seindah rencanaku yang sudah aku susun dengan matang di kampung. Pertama kali aku datang ke IKJ mau masuk sekolah film, tapi setelah melihat uang pendaftaran yang puluhan juta aku jadi meringis. menyedihkannya aku pikir uang masuk kuliah itu hanya beberapa juta, tidak pernah terpikirkan puluhan juta. aku pun mendatangi kampus yang bukan sekolah film tapi hasilnya sama, masih meringis melihat uang pendaftaran dan biaya semester.  saat iru aku merasa indonesia itu tidak adil, tidak adil buat aku yang miskin dan otak yang seadanya.

 mengingat modal yang aku bawa hanya 5 juta. ok sepertinya sekolah film memang tidak direstui tuhan, akhirnya aku memutuskan untuk sekolah yang dekat dengan dunia televisi, maka aku putuskan sekolah di STIKOM dengan jurusan periklanan, meskipun baru kuketahui kalau kampus ini baru berdiri 2 tahun dan belum memiliki alumni. Dan sekolahnya pun di roku lantai 3. ok mungkin kuliah di jakarta emang gini, karena lahan / tanah mahal makanya mereka hanya bangun kelas minimalis ( ini hanya menghibur diri ), karena bayanganku aku kuliah di kampus besar seperti UI. pada saat itu aku meniatkan uang 5 juta untuk bayar kuliah itu, kalau memang ditakdirkan jadi sarjana, maka uang ini akan berokah, tapi kalau tidak aku tidak pernah menyesal dan ikhlas. karena sebenarnya orang tua ku tidak setuju aku kuliah, apalagi di jakarta. dengan tidak direstuinya aku kuliah itulah maka tidak akan pernah ada uang jajan dan uang kuliah yang akan aku minta kepada mereka.

BERSAMBUNG bagian 2